English At Work

It feels good to be useful. Rasanya senang bisa bermanfaat, bisa dipercaya untuk membantu, bekerja karena kita punya skill dan kemampuan di bidang itu. Diana Rikasari pernah menulis di bukunya 88 Love and Life (lupa edisi keberapa karena memang isi bukunya quote semua), “Don’t use “passion” as an excuse to miss out on other things life has to offer. Don’t just live in your own passion-bubble and not touch other worlds. Be out there and stay current”. Dulu saya selalu percaya bahwa menulis adalah passion ku dan saya takkan bisa melakukan hal lain. Saya hidup dalam passion-bubble buatanku sendiri tanpa percaya bahwa saya ternyata bisa dilatih untuk menguasai skill lainnya, which is: teaching.

Saya mengajar tanpa harus meninggalkan passionku. Saya bisa bekerja di sekolah tanpa meninggalkan hal yang saya sukai sejak saya kecil: membaca dan menulis. Saya membuka Litmosphere dan bisa tetap menulis di blog. Bukankah itu hal yang sangat menyenangkan?

Kamis ini adalah pekan ke-4 saya dan Miss Etty mengajar para karyawan di PT PP Pelabuhan. Kantornya itu di Paotere, Makassar. Yap, tempat kapal-kapal bersandar, di dekat Jalan Sabutung. Kami dipercaya oleh Sun Education untuk mengajar English At Work untuk karyawan yang sedang menjalankan proyek pembangunan New Port Makassar. Proyek ini berjalan dengan kerjasama perusahaan dari Belgia, so they need english to communicate at work. Kelasnya itu diadakan setiap Kamis pukul 7.30 pagi sampai 09.00.

Rasanya menyenangkan sebab saya bisa bertemu dengan orang-orang baru, travel to another place selain sekolah (diantar jemput sopir dari dan kembali ke sekolah). Pekerjaan ini sebenarnya lebih menantang karena saya harus belajar banyak sekali tentang istilah teknik yang asing di telinga. Istilah semacam causeway, turning basin, dumping/disposal area, silt curtain, break water, vessel, dredging, etc.

English At Work ini semacam program dari Sun Education Makassar. Kita travel ke beberapa tempat/ kantor yang memang butuh diajari english untuk digunakan dalam pekerjaan. Mostly tentang grammar. Tapi bukan cuma itu. Jadinya kita malah lebih how to use english to speak. Tapi sebenarnya sesuai kebutuhan yang bersangkutan sih maunya fokus kemana.

Ada 16 kali pertemuan dan kurikulumnya sendiri dirancang sedemikian rupa sesuai kebutuhan. Menurutku, sebagai teacher, program ini mustinya bisa laku karena apa sih yang tidak membutuhkan bahasa inggris hari ini?

Ri

Libur Tlah Usai

Libur sebulan penuh akhirnya usai. Ini weekend terakhir sebelum senin besok mulai lagi ke sekolah, menjadi guru subject tiga mata pelajaran, mengajar puluhan siswa SD dan SMP. 

Minggu pertama libur saya menantikan Idul Fitri. Ramadhan masih ada beberapa hari. Minggu kedua, saya menghabiskan hari-hari bersama teman kampus dulu. Kami mengadakan reuni 10 tahun. Minggu yang berat, sebab di hari ke-2 Idul Fitri teman kami, Wulan, kembali ke Rahmatullah. Saya dan teman-teman bolak-balik Barru-Makassar untuk melayat dan mengunjungi orangtua Wulan. 
Minggu ketiga dan keempat, sudah masuk bulan Juli. Saya hanya di rumah. Leyeh-leyeh tanpa pressure apapun, goal apapun. Hanya di rumah, menjaga dan bermain dengan ponakan-ponakanku yang lucu. Menonton drama mulai dari Stranger Things, Big Little Lies dan 13 Reasons Why. 

Saya menanti Oktober, sebab di bulan itu saya akan punya libur lagi seminggu- kelar mid semester. Saya berencana main ke Jakarta, Bogor dan Bandung. So, ayo kerja dulu buat saving travel costnya. Katanya di September ada Garuda Travel Fair. 

Have a nice weekend everyone!

Ri

Students

This is my Movers 6 students. ONC November 2015. I took this picture in the day of meeting 7th. Lesson: going to and make your own calendar. 
It’s just, I never post anything about my students. And today I just feel because I am about to leave this job, I want to take pictures of all of my class I’m teaching. 


Boys from left to right:  Zarrar, Jemy, Abim, Bayu.

Girls from left to right: Wilna, Orisa, Chika and Vineysha.
someday I will write about them! 

RI

Knowledge is Burden

If you think you carry no weight on your shoulder, you are wrong. Every human being who knows something is responsible to transfer the knowledge to people who doesn’t.

It doesn’t mean to be boastful or conceited. It simply to make the world be a better place to live.

That’s one thing I get from my job as a teacher (even sometimes it is called as a ‘language instructor’).

Because what’s the point knowing so many things if it’s only for your own sake? Why not share them with other people who needs ’em?

I am in my comfort zone now. And I need to get out of it (I have said it so many times, haven’t I?)

RI

Apakah Membuat Batasan adalah Perlu?

Suatu hari Anita pernah berkata padaku dalam sebuah percakapan telepon betapa dia tak bisa menulis. No matter how hard she tried. But I encouraged her. I told her semua orang bisa menulis.

Sekarang Anita telah keluar dari batasan yang dulu dia buat sendiri. Dia telah bekerja sebagai wartawan di sebuah koran lokal di Makassar. Kini pekerjaannya setiap hari adalah menulis.

Dulu saya pernah berkata pada Nita bahwa speaking English ku sangat tidak bagus. Saya masih sering berpikir sebelum ngomong. Anita agak terkejut saat saya jujur padanya karena setau dia, sebagai seseorang yang sudah pernah been abroad, speaking English should not be a problem anymore. But I told her, she was wrong.

Belum lagi persoalan bicara di depan banyak orang. Di depan kelas. Presentasi sama sekali bukan bidangku. Bertemu dan langsung akrab dengan orang baru bukanlah diriku.

Saya membuat batasan di kepalaku soal apa yang saya bisa dan tidak bisa lakukan. Saya menanamkan ketakutanku sendiri.

Betapa bingungnya saya, karena sekarang saya mengingkari batasan-batasan yang saya buat dahulu. Kini setiap hari saya harus berhadapan dengan siswa dari berbagai background. Presentasi materi while speaking English.

Jadi apakah membuat batasan pada diri kita adalah perlu?

Sunshine