Tadi sore, salah satu teman di Facebook bernama JH membagikan foto-foto Prof I dan istrinya yang sedang berlibur di desa kecil di Jepang. Dia menulis beberapa baris catatan tentang foto itu. Betapa pasangan itu masih saling menyayangi dan menjaga satu sama lain padahal usia pernikahannya sudah lama sekali.
Kemudian entah, saya mengangankan bisa seperti itu kelak berdua denganmu. Menikmati hari tua dengan berlibur di suatu tempat dan mengabadikannya dalam beberapa potret wajah kita saling tersenyum dengan pemandangan yang indah di latar belakangnya.
Temanku itu mengutip kata-kata istri Prof itu dan menceritakan betapa sabarnya ia menemani suaminya sejak awal hingga sekarang.
Dan betapa di belakang laki-laki yang berhasil, ada seorang perempuan yang juga tak kalah hebatnya. Perempuan yang sabar, yang kuat dengan cinta yang besar yang tampaknya tak pernah habis.
Sayang,
saya bermimpi kelak kita bisa seperti itu. Atau bahkan lebih dari itu. Saya tahu kita bahkan belum memulainya. Tapi membayangkan kita akan hidup bersama-sama di satu titik dalam hidupku, membuat hatiku bahagia hingga jauh sekali menembus awan.
Saya bukan seseorang yang punya ambisi dan mimpi ingin menjadi seseorang yang kaya atau terkenal atau sebutlah semuanya. Sejak bertemu denganmu, saya hanya berharap bisa menjadi istri dan ibu dari anak-anakmu lalu kita hidup bahagia sampai dunia berakhir. Tapi kusadari kemudian bahwa itu bukan cita-cita yang kecil. Bagiku, itu adalah mimpi yang besar.
Sekarang dan seterusnya, mari tetap saling memberi kekuatan. Sebab mencintai butuh kesabaran dan kesabaran butuh kekuatan.
Ri