Should I Give Up This Job?

Jika Eshan tidur seperti saat ini, rumah benar-benar sepi. Sudah pukul 21.30 malam dan Lam masih di kantor. Rumah sangat diam dan inilah yang kubutuhkan, ketenangan dan waktu untuk menulis.

Jika Eshan terjaga, saya tak bisa melakukan apapun selain menjaganya, menyusui, mengurusnya. Bahkan untuk buang air di kamar mandi pun penuh drama teriakan tangis dan airmata.

Pekerjaan di sekolah menggunung karena pekan depan sudah terima rapot. Banyak sekali yang belum kuselesaikan. Senin besok mustinya saya ke sekolah, pertemuan dengan rekan guru. Tapi ya ampun, meninggalkan anakku 3-4 jam rasanya berat sekali, tak ada juga yang menjaganya, jadi sepertinya saya ijin.

Saya beberapa kali bertanya-tanya pada diriku, “Should I give up this job and choosing to take care of Eshan anyway?”

Lam bilang, dia tak mau memaksa apapun padaku. Keputusan itu sepenuhnya ada di tanganku.

Bagaimana perempuan bekerja sambil mengurus anaknya? Sedangkan mengurus anak itu adalah pekerjaan 24 jam sehari?

Tuhan, terserah padamu saja, Tuhan. Saya pasrah. Rasanya saya terlalu serakah jika menginginkan karir dan anak berjalan lancar. Saya juga terlalu egois pada anak saya jika memilih tetap bekerja. Sebab betapa enaknya punya penghasilan sendiri tanpa harus meminta pada suami.

Tapi apapun yang terjadi besok, saya harus tetap semangat menjalani keduanya, sampai benar-benar tak sanggup lagi.

Anyway, besok Eshan sudah 3 bulan. Time runs really fast.

Ri

Leaving School

WhatsApp Image 2018-12-12 at 1.55.38 PM

Today was my last day in BCI School. I got a sweet little surprise farewell from my colleagues. They got in to Toddler class, where I had been waiting, and they sang “Kemesraan”. They gave me presents: a handbag and two photos framed. I was so happy I cried.

Actually it’s so hard for me to leave school. It’s been my comfort zone for the past two years. I go to school at 6.30 in the morning, got home at 4.00 in the afternoon. I teach many classes, I meet my students, talk to the parents, make worksheets, do the administration things, attend the weekly meeting, and the rest is having fun- school has many holidays every year. The salary is pretty good, I can help my family to pay this and that every month. I can eat well, I can buy dresses I want, I can watch movies in cinema, I can hang out with my friends and everything. It’s just so hard for me to leave the habit, the things I do everyday, the things I like.

However, I must leave. I must move from here and live with my husband in Jakarta. I must start my married life together with him. Being with him outweighs any perks of living my single life, outweigh any joyful feeling I get from the “comfort zone”.

I am sure that there will be many big things that might not happen if we only stay in our place and never move out of the comfort zone.

and I hope everything that follows after is good things that could bring me and my husband near to the good places, too, someday.

So, see you again, BCI.

Ri

I Want To End This Soon

Since I moved back to my old centre, I have this kind of uncomfortable situation. 

That makes me feel “oh, I want to end this soon”, everytime I sit down and start my work. 

I want to go away. I need some escape. 

Or is it possible I am just having bored?

And it will be passed as time goes by? 

Oh,  I had to hurry. I am already late working. 

RI

Move

So I am officially no longer as a daily reporter. I moved to weekly desk called Dialog Jumat.

Rasanya jomplang banget. Dari Jakarta Utara yang keras, harsh, tiba-tiba dipindahin ke desk yang ngurusin Majelis Ta’lim, pengajian, komunitas dan agenda keislaman, narasumber kebanyakan ustadz.

Rina udah di Bandung, Desi di Semarang, Lida juga udah jarang ikut rapat Jumat. Saya pun akhirnya pindah. Masing-masing akhirnya gak ketemu, setelah beberapa lama kompaknya bukan main.

I miss them so much, when we were still hanging around together. Sleepover, plan an escape…

Saya tidak nyaman dengan keadaan ini, tapi saya menolak untuk membenci. Perasaan benci itu memakan semangat dan pikiran rasional kita dari dalam. Benci itu mempersempit pikiran dan saya tidak mau hal itu terjadi. Saya tahu ada sesuatu di balik semua ini.

Allah knows best while we don’t. So, saya memasrahkan semuanya.

Sunshine