Jika Eshan tidur seperti saat ini, rumah benar-benar sepi. Sudah pukul 21.30 malam dan Lam masih di kantor. Rumah sangat diam dan inilah yang kubutuhkan, ketenangan dan waktu untuk menulis.
Jika Eshan terjaga, saya tak bisa melakukan apapun selain menjaganya, menyusui, mengurusnya. Bahkan untuk buang air di kamar mandi pun penuh drama teriakan tangis dan airmata.
Pekerjaan di sekolah menggunung karena pekan depan sudah terima rapot. Banyak sekali yang belum kuselesaikan. Senin besok mustinya saya ke sekolah, pertemuan dengan rekan guru. Tapi ya ampun, meninggalkan anakku 3-4 jam rasanya berat sekali, tak ada juga yang menjaganya, jadi sepertinya saya ijin.
Saya beberapa kali bertanya-tanya pada diriku, “Should I give up this job and choosing to take care of Eshan anyway?”
Lam bilang, dia tak mau memaksa apapun padaku. Keputusan itu sepenuhnya ada di tanganku.
Bagaimana perempuan bekerja sambil mengurus anaknya? Sedangkan mengurus anak itu adalah pekerjaan 24 jam sehari?
Tuhan, terserah padamu saja, Tuhan. Saya pasrah. Rasanya saya terlalu serakah jika menginginkan karir dan anak berjalan lancar. Saya juga terlalu egois pada anak saya jika memilih tetap bekerja. Sebab betapa enaknya punya penghasilan sendiri tanpa harus meminta pada suami.
Tapi apapun yang terjadi besok, saya harus tetap semangat menjalani keduanya, sampai benar-benar tak sanggup lagi.
Anyway, besok Eshan sudah 3 bulan. Time runs really fast.
Ri