Goodbye, Bang Furqon.
Al-Fatihah
Kemarin pagi, saya menerima kabar mengejutkan. Kabar kematian salah satu teman reporter di Jakarta Utara. Reporter beritajakarta.com. Namanya Furqon. Aneh sekali, rasanya seperti mimpi. Dia meninggalkan dunia ini bertepatan dengan saya meninggalkan pos Jakarta Utara untuk kemudian pindah ke desk mingguan Dialog Jumat.
Bang Furqon itu salah satu teman reporter yang paling baik yang saya kenal. Dialah yang selalu saya tanya soal liputan, soal agenda Jakut, soal kontak-kontak narasumber, dan dia selalu membalas bbm, selalu menjawab pertanyaanku. He’s the kindest person.
Dia sempat dirawat di RS Persahabatan selama tiga minggu. Minggu keempat dia tidak muncul-muncul juga di Polres Utara, ternyata dia masuk kamar isolasi. Beberapa hari kemudian ada kabar kalau dia membaik. Namun, kemarin pagi, kabar kematiannya muncul di grup Pena Utara.
Kemarin, sepanjang jalan saya di Kopaja atau busway, atau metromini, tak pernah saya memikirkan yang lain selain mengenang-mengingat Bang Furqon. Hahaha, kami berdua sering sekali dijodoh-jodohkan. Tapi hal itu cuma membuat saya tertawa. Pertemanan antar reporter di utara itu kuat sekali, kita suka bercanda, bermain dan segala macam.
Bang Furqon ternyata sudah punya motor baru Satria Fu, namun belum disentuhnya. Motor lamanya, motor Honda, sering sekali rusak. Motor itu sering sekali dipakainya bekerja liputan dan saya selalu nebeng di motor itu.
Bang Furqon sering sekali mengirimi kita pantulan berita dengan subject ‘Yang Mau Ajah’. Sekarang, tak ada lagi email itu masuk ke inbox emailku.
Apa mau dikata, kematian tak bisa diduga, sungguh. Desi dan aku mengobrol di telepon selama dua jam tadi malam, mengobrolkan banyak sekali tentang Bang Furqon. Kupikir, kebaikan-kebaikannya akan selau diingat, dikenang. Selamat jalan, Bang. Semoga tenang disana.
Sunshine