Girls’ Talk

Apa yang sering dibicarakan perempuan jika mereka sedang berkumpul? Banyak. Banyak hal. Salah satunya adalah soal laki-laki dan segala keanehannya.

April baru saja curhat sambil sedih-sedihan dan mengasihani diri sendiri karena dia diputuskan cowok Maroko yang tinggal di Paris. Dia datang ke kosanku setelah sebelumnya mengatakan bahwa dia patah hati.

As a good friend, saya hanya mendengarkan dan mendengar cerita dan keluhannya. Kadang senyum senyum, kadang mengangguk, kadang menimpali, “apa? kenapa?”. Trus ceritanya semakin mengalir. Pas saat dia diam, saya langsung kasih masukan.

Bahwa laki-laki yang memang suka dan menginginkan kita dalam hidupnya pasti akan buat effort untuk memiliki kita. Kalau mereka gak mau, mereka gak akan susah-susah juga.

Pernah nonton film judulnya He’s Just Not That Into You (2009)?
Persis seperti itulah cowok.

Kalau mereka tertarik, mereka akan usaha. Jika tidak, yaa mereka gak akan usaha. Sederhana. Tapi kadang perempuan suka menyalahartikan perhatian. Kadangkala perempuan cepat banget ke-geer-an. Laki-laki itu pinter act seolah-olah dia suka cewek padahal sebenarnya enggak. Cewek sebaliknya, dia bisa sukaaa banget sama cowok tapi act seakan-akan dia gak suka sama cowok tersebut.

Men are from Mars, ladies. We are from Venus, someone said.

So be strong. Kalau memang dia buatmu, pasti jalannya akan dimudahkan. Just be the best version of yourself.

Fisik itu penting, tapi cukup dengan merawat apa yang telah ada dan diberikan. Bukan mengubah apa yang telah ada. Karakter jauuh lebih penting. Kita bisa saja tidak begitu menarik dari luar, tapi saat laki-laki mengenal kita lebih jauh and he found something touches his heart, you successful move him and he’s going to love you no matter what.

I, myself, salah satu perempuan yang sulit. Sulit suka sama cowok. Susah tergerak. Susah jatuh cinta. Kadang kalau liat cowok cakep, cuma liatin dan ngomong dalam hati, “Ih, gantengnyaa” but that’s it! Gak ada kelanjutannya sampe bikin berdebar-debar apalagi sampe jatuh cinta.

Brainwave ever told me that I’m a difficult one.
Riri kind of surprised when I told him that I never went into relationship before Brainwave.
But once I loved someone, it’s just…beautiful.

Fall in love, be loved by someone, is the best feeling, ever.

Makanya, pas kita putusin atau diputusin, kita merasa sedih banget. That’s normal. Tapi anggap aja itu pertanda bahwa dia bukan orangnya. Dia bukan yang terbaik yang disiapkan buatmu oleh-Nya.

Lanjutkan hidup karena life goes on. Bagaimanapun buruknya perasaanmu. Let’s find someone and fall in love again.

Sunshine

PS:
I posted this in McDonald Rawamangun sementara cowok di depanku ini gak mau beranjak pindah ke tempat kosong lain. Ih, sebel.

Conversation with Mom

See? Ternyata saya kalah pinter dari Mama. Saya kalah pengalaman. Saya belum tau apapun soal hidup seperti Mama dan merasa sok hebat.

Mama memang kadang annoying dan menyebalkan karena semua hal yang dikatakannya benar. Semua hal. Meskipun begitu, saya merasa beruntung dan terharu punya ibu seperti Mama.

Malam ini, Mama ternyata berusaha menghubungiku. Tapi karena Bebi tidak saya tengok selama hampir tujuh jam, saya tak tahu. Setelah tau, baru saya menelpon beliau.

Ya, Mama punya masalah keuangan. Hal yang biasa menjelang kesibukan pernikahan. Dan ini pernikahan anak pertamanya. Jadi, memang cukup ribet.

Siapa sangka ternyata menikah itu butuh banyak banget biaya?

Yap, setelah sesi curhat Mama kelar, giliran saya mengeluarkan semua apa yang saya rasa beberapa pekan ini. Saya lelah, capek, bla bla bla, sudah muak di kantor, dan sebagainya. Semua saya cerita ke Mama. Mau resign dan segala macam.

Akhirnya Mama ngasih nasehat supaya tenang-tenang menghadapi semua masalah. Tenang maksudnya yaa, gak usah ngebet kerja juga. Kalau fisik dan hati mampu, dikerjain. Kalau enggak bisa, ya gak usah. Mama bahkan bilang, kalau kantor kamu mau pecat kamu ya udah, biarin. Mau diapa lagi?

Saya ketawa. Solusinya Mama ternyata sama dengan pikiranku.

Tapi Mama bilang, selain itu saya harus kuat ibadah juga. Aaaah, saya mau banget bisa kerja tenang di kantor, yang mendukung suasana ibadah. Jadi gak cuma kejar dunia, tapi bisa kejar akhirat juga.

Kalau jadi reporter perkotaan, gak bisa sholat lima waktu. Bahkan kadang reporter lebih ngejar deadline berita dibanding deadline waktu sholat. 😦

Mama bilang, semakin kamu kejar dunia, dunia semakin jauh. Kalau kamu kejar akhirat, akhirat dan dunia mendekat.

Jadi, rasanya lega banget bisa had this conversation tonight with Mom. Mama bilang jaga kesehatan. Dia cuma pesan itu (selain tentunya pengen dibantu masalah keuangan, hehe). Saya juga mikir disini gak punya siapa-siapa kalau saya kenapa-kenapa. Jadi memang kalau saya gak kuat kerja, saya gak mau maksain lagi. Saya bukan Wonder Woman ya. Dan kerjaan ini juga bukan satu-satunya.

Ya Allah, tunjukkan jalan yang paling baik, please.
Mudahkanlah urusan nikahan kakakkku.
amin

Sunshine

Titik Kulminasi

Pagi ini, setelah kemarin ber-militan ria keliling Jaktim buat liputan, saya bangun siang. Setelah dapat agenda dari anak media lain yang lokasinya nun jauh di Terminal Kampung Rambutan sana, berangkatlah saya. It took 2 hours straight from Rawamangun by TransJakarta.

Along the way there, saya berpikir dan banyak merenung.

Dan lagi-lagi isi hati ini berontak.

kayak lagunya Glenn, ‘cukup sudaaaah batas waktuuu’

Body, mind and soul udah full gak ke kerjaan lagi. Udah gak di Jakarta lagi. Pengennya minggat dari kantor, beralih profesi menjadi yang lebih baik, I know I can do better and I deserve better.

Jakarta panas banget belakangan ini.

So, I write this post entitled ‘titik kulminasi’. Tau gak, setelah saya tulis judul, saya langsung googling arti kata titik kulminasi and I was right! Titik Kulminasi adalah puncak tertinggi; tingkatan tertinggi. Maybe right now, I reach the culmination point.

Setelah sampai di Kampung Rambutan, saya lalu ambil busway lagi pulang ke Rawamangun tanpa liputan. Dan setelah sampai di kosan, makan siang dan sholat Dhuhur, I just want to take a rest. So, judulnya hari ini adalah tidak ngirim berita lagi, satupun. Aaah, sorry.

Saya tahu saya masih muda dan gak boleh begini. Saya tahu saya sudah bersikap unprofessional. But for me being a barkot daily journalist needs extra power. Saya sudah mengerahkan extra power itu selama setahun lebih. Dan everything has changed. the feeling, everything.

Semua berangkat dari hati. Jika hati baik, maka kerjaan pasti baik. Mungkin ini masa transisi dari titik kulminasi saya.

Saya pun tau, tak ada kerjaan dan profesi dan perusahaan yang sempurna. Saya pun sudah berusaha menerima profesi dan kantor dengan lapang dada, tapi sekarang rasanya semakin berat.

Sunshine yang sekarang sibuk berkutat dengan laman aplikasi pendaftaran kerja online.

Sorry

Dear Nong,

Sorry for not being there, while you are busy with your wedding preparation and I am here, across the island from home. Pasti rasanya nyesek pas mau nikah tapi saudara gak ada yang bisa bantuin dan malah sibuk kerja.

Maaf Nong, but I try my best to help you and wish for your preparation. Saya juga tidak mau jauh dari rumah, tapi apa boleh buat ini sudah terjadi, saya sudah terlanjur kerja di Jakarta dan hanya boleh pulang sesekali.

But Insha Allah on 3 October I already at home, bantu-bantu sebisanya apa yang belum kelar.

Semoga rejekimu lancar, my sister. Semoga persiapan dan nikahan dan after weddingmu semuanya dimudahkan.

Sunshine

Kecewa

Tadi pagi disuguhi quote yang menempeleng.

“jangan tanya kenapa Tuhan tidak jawab doamu. Kenapa kau tidak pernah tanya kalau Tuhan tidak hukum setiap kali kau berbuat kesalahan atau dosa? Tuhan itu Maha Pengasih”.

Kita pasti tak pernah sadar kalau kita banyak dosa dan Tuhan menunda hukuman kita pas di akhirat.

Tapi kalau doa tidak dikabulkan, ribuan kali meragukan jalan-Nya.

Sunshine

Insomnia

People always misuse this word, insomnia. While Wikipedia clearly said that Insomnia, or sleeplessness, is a sleep disorder in which there is an inability to fall asleep or to stay asleep as long as desired

Bukannya karena sengaja begadang lalu disebut insomnia. Insomnia is disorder bukan kesengajaan.

Jadi sebenarnya judul postingan ini, “Belum Tidur”.

Yeah, it’s kinda late at night now. 11:28 PM. Mestinya dua jam yang lalu saya sudah tidur dan bermimpi indah. Tapi yah. sudahlah.

Pagi tadi ada tabrakan maut di Senayan. 2 remaja tewas ditabrak. Besok saya akan mengunjungi salah satu rumah korban di Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Setelah itu mengurusi alat berat yang jatuh menimpa warga hingga tewas di Kampung Melayu, Jakarta Timur.

Pekerjaan saya mengurusi urusan orang. Saya mengurusi masalah publik sementara urusan sendiri gak bisa diurusin.

Why oh why

what’s on my mind?

Saya heran kenapa Liam break up sama Miley. Saya tahu Miley sudah berubah jadi punk quenn. She’s transformed from cute and innocence Hannah Montana become wild punk quenn yang demen twerking publicly. Yeah, everybody knew that.

Tapi pertanyaannya kenapa Liam left her behind?

Seakan-akan Liam itu hanya mencintai konsep ‘gadis baik-baik’ dalam Miley. Dia gak bisa menerima Miley seutuhnya, seluruhnya. Liam tidak menemani Miley saat perempuan 20 tahun itu sedang mengalami masa transisi.

Everybody had this transition period.

Ada yang melewatinya dengan baik, ada yang tidak berhasil. Saya hanya melihat, Liam mestinya bisa ada dan tetap disamping Miley, saat perempuan itu melewati masa-masa sulitnya. Bukan hanya menemani pas dia jadi ‘gadis baik-baik’. Well, if Liam love her enough. He won’t left that girl away.

Huh.

anyway

baru saja saya dapat BM dan pantau recent updates. TIMNAS menang AFF lawan Vietnam. :))

Sunshine

Back

Seminggu setelah kembali di desk Metro. How was it?

Terrible

Saya seperti memulai kembali jadi reporter yang baru masuk. Kembali berkutat dengan masalah perkotaan. Beberapa bertanya kenapa saya kembali ke Metro. Well, saya menjawabnya seperti saat saya ditanya kenapa saya ditempatkan di Dialog kemarin.

Karena kemauan atasan.

Sehari setelah kembali ke Metro, saya langsung mengontak Lida mengatakan, “Lida, saya mau resign”.

Lida yang kukira reaksinya akan “Haaaah? Are you sure?” atau “Kenapaa?”

Tapi dengan tenangnya dia malah membalas, “Kapan?”

Seakan-akan dia paham apa yang saat itu berkecamuk di kepala dan perasaanku.

Padahal baru beberapa pekan kemarin saya keukeuh ke Mama bilang, “inilah jalanku jadi wartawan, Ma. Terima saja, please”. Sekarang, kata-kata itu terlempar kembali ke mukaku karena akhirnya saya membenarkan nasehat Mama buat find another profession. a normal one.

Jason Mraz bilang di lagunya, “whatever Mama say, you best do it. whatever Mama say, you better listen to your Mama”.

Well, Mama dengan kekuatan kata-katanya. Magis. Tuhan seakan-akan selalu berpihak padanya. Bukankah ridho Allah itu sejalan dengan ridho orangtua?

So, I decided to resign and find another one normal job.

Tapi masalahnya, apa profesi yang menampung skill ku? I have nothing but writing!

Dan lowongan kerja yang sering berseliweran di depanku hanyalah Reporter di majalah atau reporter harian lain yang gajinya lebih oke dan PNS. Begitu sedikit pilihan, kesempatan pun sedikit.

Tapi bukankah Allah Maha Pemberi Rejeki dan bukankah asal kita mau berjuang berusaha dan berdoa lalu bertawakkal, rejeki akan selalu ada dan takkan tertukar?

Saya punya dua bulan lagi dan waktu terus berjalan. Semoga apa yang terbentang di depan, merupakan ketentuan Allah yang terbaik, after I am doing my best.

Sunshine

Bapak

Ada satu laki-laki ini yang jarang kutulis disini. Dia adalah bapak. Bapakku. Entah sejak kapan saya memanggilnya Bapak. Mungkin sejak SMA atau kuliah?

Orangtuaku berkehendak dipanggil Mami Papi. And so it is, saya memanggilnya Mami Papi. Saya menganggap itu manis. Tapi setelah tumbuh dewasa, rasanya memanggil mereka dengan sapaan itu sudah menjadi tidak nyaman lagi.

Jadi saya mulai memanggil Mami dengan Mamak dan Papi dengan Bapak.

Kedua panggilan itu rasanya pas dan nyaman bagiku.

So the rest of my life, I called my parents by Mamak- Bapak.

Dan malam ini saya amat sangat rinduuu banget Bapak.

Bapak satu-satunya figur laki-laki yang paling saya kenal. Dia lelaki pertamaku. Dalam Bapak, kukenali sosok lelaki. Kupelajari, kupahami.

Memang Bapak bukan seorang menteri, atau walikota, dosen, bahkan Bapak bukanlah seorang yang kaya raya punya uang dan pintar. Dia laki-laki sederhana sekali. Pemikiran dan dunianya kecil. Dia kolot dan mudah tersinggung. Harga dirinya tinggi sekali. Bapak bukan tipe romantis. Dia menyayangi dengan cara yang aneh.

Tapi saya sayang sekali sama Bapak.

Sunshine

Steve Jobs

I am watching “Jobs” movie now. Film biografi Steve Jobs dan kisah jatuh bangunnya dengan Apple Inc.

Brainwave pernah cerita kisah Steve Jobs ini dan sahabatnya Steve Wozniak padaku, waktu kami masih di Makassar, waktu dia mengantarku pulang ke rumah dengan motornya. Dia semangat sekali cerita dari A sampai Z dan saya cuma dengar tapi tidak mengerti, atau mungkin sudah lupa dia cerita apa saja.

Yang saya ingat cuma karena ceritanya masih panjang, dan dia mau cerita sampai selesai tanpa ada bagian terpotong. Motornya jalan pelaaaan sekali. Trus dia cerita, cerita, dan akhirnya ceritanya selesai pas sampai depan rumahku.

Saya sadari sudah banyak detil-detil yang sudah lepas terekam dari otakku tentang Brainwave. When we both still together. Tapi saya masih ingat soal betapa dia suka sekali pake Apple product. Laptop pertamanya itu Mac hitam, dia beli entah berapa harganya dari senior kampus yang waktu itu lagi jual ke dia. Trus akhirnya saya beri nama Mac nya itu, Mac-i tapi dia tidak suka. Mungkin dia masih pakai laptop itu sekarang. Entahlah.

*lanjut nonton*

Sunshine