Right Decision

Malam ini saya menganggap bahwa keputusan untuk pulang kembali ke rumah adalah benar.

Saya tak membayangkan bagaimana hancurnya perasaan Mama menghadapi semua ini sendirian tanpa anak besarnya satupun menemaninya. Mendengarkan keluh kesahnya, menguatkannya.

Saya mau bantu Mama, membuatnya bahagia.

Saat ini saya masih belum berdaya. But someday, I want to make her proud and happy. Live properly.

Semoga Allah memberi saya kesempatan itu.

Sunshine

Same Question

“Kapan nikah?”
same question from mother. pertanyaan yang sama dari Ibu. Saya gak bisa jawab apa-apa selain “lagi menunggu, Ma”.

Sekarang, setelah initial teacher training masuk ke pekan kedua, saya makin sibuk. Sibuk memfokuskan pikiran pada kerjaan. Being a teacher in international english school is not as simple as I expected. Kita dituntut kreatif, teliti dan pinter atur waktu. Saya harus banyak belajar on how to simplify yang tadinya terlihat rumit buat students saat membaca buku.

Ah, life. Ah, God. It’s raining heavily outside. Jam 8 bentar saya udah harus berangkat ke kantor dan sekarang malah posting ini disini. Curi-curi waktu padahal belum mandi juga.

Karena kesibukan ini saya udah lupa berpikir terlalu keras pada pertanyaan Ibu. Maksudku, siapa perempuan yang gak mau menikah? I am the second oldest dan kakak udah menikah. Pertanyaan yang dulunya ditujukan pada kakak, kini tertuju padaku.

“Jangan terlalu pilih-pilih, Nak”
“Gimana mau pilih Ma, yang mau dipilih juga gak ada”
“Ah, gak mungkin. Mama tau banyak yang suka sama kamu”
“Kalau bener ada Ma, mestinya mereka langsung datang ke rumah. Ngomong langsung sama Bapak, Ibu”
Ibu terdiam.
Percakapan selesai.

I’m 25 in next month. Udah gak muda lagi. Udah bukan waktunya pacaran dan menjalin hubungan tanpa komitmen. Udah bukan umurnya pamerin pacar ke social media dan pas putus misalnya, seluruh dunia tau. That was so yesterday.

Thanks for reading my curhatan gak penting sepagi ini. Hujan gede banget diluar. Ini gimana mau berangkatnya coba.

Have a nice day everyone.
Sunshine

Happy 2 Years on WordPress

I am happy this morning!
I just got this notification that I already blogged here for 2 years!

Time is really fleeting, isn’t it?
Banyak sekali yang sudah terekam dalam blog ini. Dua tahun.

Oh ya. I have a good news!
I will start my new job as an english teacher (or tutor) by tomorrow! I am so excited! I will learn a new skill and expertise! I hope this is for good. Since the weather here was really bad. 😦

Have a nice day everyone!

Pagi-malam di rumah itu enaknya dipanggil Mama makan.
“Kiki, pergi makan Nak”.
“Iye'” (seringnya dijawab “Tunggu”)

Atau liat responnya Mama kalau saya bilang, “Mama, laparka”. Karna lagi ngapain pun, Mama langsung berdiri dan suruh pergi makan dengan ucapan yang sama.
Hahaha.
Ibu.

View on Path

Wishes

It’s late at night.

Tuhan. I wish I could:
1. Sembuh. Supaya Mama gak khawatir lagi.
2. Get a job for life. And proper karir. For me and for my family.
3. Get married. Dengan laki-laki yang mulia akhlaknya dunia akhirat. Who love and accept me thoroughly.
4. Publish my own book! For my own sake!

Thankyou, God.

Aamiiin
Sunshine

Yeaaay, selamat 14 Januari Kaaaak Aaan @hurufkecil. Selamat ulang tahun. Semoga bahagia dan sehat-sehat ki’ selalu. *peluk* :*
Asiiik, ditunggu makan-makaannya Kak. :))

*card by me. Quote by Irish Blessing* – with Aan

View on Path

Singing in the Rain

Ayo mundurkan waktu ke beberapa bulan yang lalu.

Mama dan Warni akhirnya datang ke Jakarta. Saya dan Kak Fauzi, suami Warni, datang menjemput mereka di Soetta Airport. Saya memeluk Mama. Mama memelukku. Kami akhirnya bertemu di Jakarta.

Kemudian saya menghadapi hari-hari terakhir di Republika. Semangat liputan dan mood ngedrop. Untung ada Mama dan Warni jadi pengalihan isu. Jadi saya tidak sendiri menghadapi situasi menyedihkan itu.

Kupikir Tuhan menghendaki saya untuk stay lebih lama disana dengan membuat PT. S memberiku penawaran pekerjaan yang amat bagus. Mama pun senang saya bisa segera resign dari kantor dan tak berapa lama dapat kerjaan baru.

Di satu kesempatan makan malam di Pepper Lunch Mall Taman Anggrek, saya mengatakan pada Mama bahwa rasanya Tuhan sayaaang sekali pada saya.

“Ma, merasa ka Tuhan sayang sekali ka”,
“Iya Nak. Disayangko memang Tuhan. Mama rasa tahun depan nanti itu tahun emas mu”,

Ternyata Tuhan punya rencana lain. Seperti biasa, Dia selalu memberiku kejutan. Setiap malam saya gemetaran dan merasa takut. Namun saya harus tetap kuat dan melanjutkan hari-hari dengan semangat.

Di tengah-tengah deras hujan malam ini, saya ada di Makassar, di rumah dan mengingat lagi percakapan itu. Setelah apa yang saya alami dan hadapi, cobaan itu, apakah saya masih merasa Tuhan sayang pada saya?

Tentu saja. Malahan saya merasa kasih sayang-Nya tak pernah padam. As Sandy Sandoro’s song. 

Mama masih mengingat jelas kalimatnya malam itu. Dia membesar-besarkan hatiku bahwa dia meyakini apa yang dikatakannya.

“Tapi Mama bilang itu karena ditawarika PT. S dan belumka ketauan sakit”
“Mama bilang itu bukan karena alasan itu. Tapi karena Mama yakin jadi kau juga harus yakin. Mama percaya suatu hari kau bakalan jadi orang besar, Nak”.

Dan akhirnya saya sadar, menjalani hari-hariku sekarang di rumah bukanlah karena saya tidak ingin lepas dari zona aman. Tapi karena saya merasa menghabiskan waktu bersama keluarga adalah priceless. Menjalani kesusahan sama-sama, senang-bahagia bareng, membereskan rumah dengan bagi tugas sampai mendengar keluh kesah Mama tiap hari. Kalau saya berangan-angan ingin berguna, well, saya ingin menjadi berguna untuk keluargaku dulu.

Dan keluargaku inilah rahmat Tuhan yang paling besar yang paling saya syukuri. Selain teman-teman yang baik.

Hujan sudah reda.

Sunshine

Job Interview

Setelah lulus kuliah sampai sekarang, saya sudah berulang kali menghadapi interview kerja. Sudah puluhan lebih perusahaan, puluhan pertanyaan, beragam posisi.

Saya sudah hafal jenis pertanyaan yang akan muncul. Yang selalu saya khawatirkan adalah bagaimana cara menjawabnya dengan diplomatis dan percaya diri.

Satu hal inti dari interview adalah apa kita bisa meyakinkan pihak perusahaan bahwa kita adalah kandidat yang pantas mereka hire. That’s it.

Saya paling tidak suka pertanyaan “mengapa” karena saya pun kadang tidak tahu bagaimana mau menjawabnya. Mengapa mau melamar sebagai posisi ini? Mengapa resign dari pekerjaan sebelumnya?  Mengapa tidak memilih profesi yang sesuai jurusan Anda? Dan sejuta mengapa lain.

The problem is jawaban kita adalah cerminan dari karakter dan pribadi kita. Jadi kita harus terus berhati-hati mengeluarkan kata per kata karena semuanya akan dinilai.

Dan belakangan ini, interview yang saya hadapi benar-benar out of my expectation. Mungkin karena saya baru resign dan baru lagi menghadapi pertanyaan-pertanyaan itu.

Sunshine

Situation

Apa kalian pernah berada dalam situasi mengingat kejadian memalukan tertentu tanpa sengaja?

Belakangan ini saya selalu begitu. Misalnya jika sedang duduk membaca buku lalu membaca satu kata. Tiba-tiba kata itu menjadi pemicu saya langsung mengingat kejadian memalukan tertentu.

Yang membuatku refleks menangkisnya dengan ucapan “Ya Allah ya Tuhanku”, sambil menutup mata.

Bagaimana dengan kalian?

Sunshine