Karya


Sebagai guru, pengajar dan pendidik, hasil karyaku yang paling konkrit adalah setiap pengetahuan yang ada di kepala murid-muridku.

Saya mungkin belum menulis buku apapun, belum memproduksi film satupun, tapi setiap kali muridku mampu menulis kalimat dengan grammar yang tepat, disitulah karya dan usahaku terlihat. Setiap kali murid-muridku memahami kronologis sejarah Perang Dunia II, disitulah karyaku sesungguhnya dapat dilihat.

Karyaku bukan terdapat dalam benda mati, tapi ada dalam benda hidup. Living gallery. Karya yang hidup. Manusia.

Ri

Malaria

Di tahun ajaran ini, saya mengajar Science buat anak kelas 2 SD. Tadi, di pertemuan ke-11, topiknya Useful and Harmful Animals.

Di ruang kelas ada 26 siswa. Salah satu tantangan mengajar anak-anak adalah bagaimana menjaga agar fokus mereka tetap pada kita. Bukan pada hal-hal lain.

Jadi saya kadang membuat suara saya timbul tenggelam biar lebih dramatis, seperti saat saya bercerita tentang nyamuk betina yang menghisap darah.

Di perencanaan pengajaran, saya sudah merancang bahwa nanti saya akan jelaskan bahwa nyamuk itu bisa bawa penyakit. Penyakitnya seperti demam berdarah dan malaria. Kupikir mereka pasti bakalan tau dan ngerti betapa berbahayanya nyamuk saat telah mendengar saya menyebut dua penyakit itu.

Tiba saat saya menjelaskannya, "when female mosquitos bites us, she sucks our blood. When she sucks the blood of the person who has malaria, then the diseases will be transferred to our body…"

Kelas hening.

Mereka pasti telah paham.

Namun betapa terkejutnya saya saat Kimberly lalu bertanya, "what is malaria?"

Jadi kata "malaria" pun tak punya efek apapun pada mereka. Mereka belum pernah mendengarnya. 😭😭😭😭

Jadi akhirnya kujelaskan bahwa malaria adalah penyakit berbahaya yang kalau tidak dibawa ke dokter kita bisa mati. Bagaimana sebaiknya saya menjelaskannya, gejala malarianya saja saya tidak tau banyak. -.-

#TeacherLife

Ri

Sebelumnya Dimana

Mem Asmi asked me this evening where I was before teaching in Briton. I said “i never taught before”,

“and your background isn’t english too”.

Yes. I took Communication major.

She looked confuse.

Mem Asmi informed me too that my students like the way I am teaching.

“tadi saya coba tanya your students ‘how was your class?’ mereka bilang ‘good’. Trus saya tanya apa mau ganti teacher, mereka bilang ‘nooo, i like my teacher’.

Makanya saya tanya Mem apa ada pengalaman ngajar dimana sebelumnya.

Sunshine

It Hurts But It’s Memorable

Saya sudah lupa kapan tepatnya saya mengerjakan sesuatu sampai menangis. Sampai tadi sore, saat teaching session ku kelar. Kemudian Ms Aini and Mr Indra membeberkan what I must improve and fix about my teaching technic. It hurts when Mr I bilang apa yang saya ajarkan itu “kosong”. It means nothing. It keeps echoing until now in my head.

I cried in the bathroom.

I was stupid.

I mean Riana, it’s been 3 weeks and tak ada perbaikan yang signifikan? Please dule. But what to tell? Grammar is hard. Teaching grammar is the hardest part ever. Besides, I am only 3 weeks old there. Huhuhuuuu. God please help.

Anyway, last night I taught Mom how to pronounce “fried rice”. So when she went to canteen this morning, she showed off that words to her friends. Hahaha.

Semoga semua worthed ya Allah. I really love to learn English so I must to work really hard for this.

Sunshine

Tanggung Jawab

Masa training akan berakhir delapan hari lagi. Bulan ini saya akan punya tanggung jawab baru : mengajar. Can’t you believe it? I, myself, can’t believe it either that I am going to be a teacher. English teacher! This is the first surprise I got this year. Alhamdulillah.

I predict that my reading time is going to be less. But I will try to keep my blog update.

Semoga saya bisa menjadi guru yang baik. It’s hard to start since I don’t have any experience in teaching. I have to improve my English knowledge too. But I will try my best Insha Allah.

Sunshine

Cerita Mini| Bapak Tua

Setiap pagi saya seringkali berpapasan dengan Bapak Tua yang menyapu jalanan. Pernah beberapa kali dia menolong saya saat ban sepeda saya bocor. Satu kali juga dia menyelamatkan saya dari kejaran anjing liar ataupun anak geng yang ingin memalak.

Saya tidak pernah berucap terimakasih pada Bapak Tua itu.

Dan dia terus saja menolong saya tanpa pamrih.

Jadi suatu sore, saat Ibu selesai mengadakan acara keluarga, saya membungkus makanan dan bersepeda menemui Bapak Tua itu di tempatnya bekerja.
Dia tersenyum saat melihat saya datang. Begitu turun dari sepeda, saya langsung mengangsurkan bungkusan makanan itu padanya.
“Terimakasih, Nak”
“Terimakasih juga, Pak”

Esoknya, saya tidak melihat Bapak Tua itu bekerja seperti biasanya. Bapak Tua itu sudah digantikan oleh seseorang yang lebih muda. Saya lalu menghentikan sepeda saya dan bertanya pada Bapak pengganti tersebut.
“Oh, maksud adik Pak Kamto? Wah, adik tidak dengar kabarnya ya? Dua hari yang lalu Pak Kamto jadi korban kecelakaan mobil. Pengendara mobilnya mabuk, dan menabrak Pak Kamto yang waktu itu sudah mau pulang ke rumah”
“Bapak bercanda ya? Kemarin saya masih bertemu beliau disini, sempat kasih makanan juga”
“Oh, itu bukan Pak Kamto. Dia saudaranya, kebetulan mereka memang mirip”

Sesampai di rumah, telinga saya menangkap suara televisi yang disetel Ayah di acara berita sore.
“Seorang wanita telah menabrak pejalan kaki di halte Tugu Tani, Jakarta. Wanita ini diduga sedang mabuk dan dalam pengaruh obat-obatan terlarang saat mengendarai mobil jenis Xenia. Kejadian ini telah menewaskan sembilan pejalan kaki. Pelaku sampai saat ini masih diperiksa oleh pihak kepolisian”.

Sunshine
Jatiwaringin, Agustus 2012